Dendam Lama
Junitha Hornet
“Okay Class, untuk praktikum kali ini kalian akan dibagi menjadi enam kelompok,” suara asisten dosen (Asdos) bernama Angga Pradita yang sekilas mirip Eunwoo aktor drama korea itu memecah kesunyian ruang praktikum kimia.“Sekarang kalian bisa maju satu persatu untuk mengambil nomor undian untuk menentukan kelompok kalian,” perintahnya, disambut riuh ramai seisi ruangan.
“Kelompok lima,” gumanku mengeja tulisan di selembar kertas berwarna putih yang sudah kupilih dua menit yang lalu.
“Woi! kelompok lima mana nih,” teriakku.
“Hai Zizi! disini,” suara Bobi nyaring sambil melambaikan kedua tangganya, aku berjalan menghampirinya.
Tak berselang lama seorang gadis cantik ditemani salah satu dosen memasuki ruangan, kemudian dosen itu memperkenalkannya kepada kami. Seketika suasana hatiku yang awalnya baik-baik saja berubah menjadi tak menentu ada rasa benci berkecambuk dihati ini. Gadis itu adalah Aulia Putri Hapsari, gadis berlesung pipi, berparas ayu dan mengenakan hijab itu nampak anggun, gadis yang akrab dipanggil Lia itu adalah teman satu SMA dan kita berpisah karena ia harus mengikuti Ayahnya yang pindah dinas di Bandung.
“Berhubung kelompok lima baru ada enam anak, Lia kamu langsung saja bergabung dengan mereka,” perintah asdos tampan sambil mengulurkan satu bundel resume materi praktikum kearahnya.
***
Masih segar diingatanku tiga tahun yang lalu saat masih sama-sama duduk di bangku SMA, tanpa ia sadari telah melukai perasaanku, kehidupannya nyaris sempurna, memiliki keluarga yang mapan dan harmonis, dua kakak laki-lakinya sangat menyayanginya, berprestasi disemua mata pelajaran juga disenangi teman-teman karena keramahannya.
Kehidupannya itu bertolak belakang denganku yang begitu rumit, keluarga yang broken, Ayahku hanya karyawan biasa, memiliki kakak yang suka mabuk-mabukan, dan aku merasa iri dengan semua yang ia miliki, beruntung aku mendapatkan beasiswa hingga masih bisa merasakan bangku sekolah, berkali-kali ingin rasanya menghancurkan kehidupannya yang nyaris sempurna itu. Kebencianku semakin memuncak tatkala seorang cowok paling keren di sekolah yang diam-diam aku sukai menyatakan cintanya pada gadis itu.
***
“Zi!” gadis itu membuyarkan lamunanku.
“Hai Lia,” dengan gugup aku menjawabnya, kami berdua saling menyapa dan saling berpelukan, darah ini terasa panas dan mengalir dengan deras saat bersentuhan dengan tubuhnya yang wangi dengan aroma orchid sangat khas, jantung ini rasanya berdetak dengan kecepatan lima kali lebih kencang.
“Zi apa kabar, lama tidak bertemu,” tanyanya sambil melepas pelukan, gadis yang memiliki hobi membaca itu sampai detik ini tidak mengetahui perihal kebencian yang kupendam.
“Kalian sudah saling kenal?” tanya Bobi, kujawab dengan anggukan kepala dan tersenyum yang sebetulnya sangat kupaksakan.
“Dulu aku dan Zizi satu SMA,” Lia menjelaskan dan bersalaman dengan anak-anak lain sebagai perkenalan, setelah itu kami melanjutkan diskusi.
***
“Hari ini kita akan mempraktikkan hasil penelitian membuat sabun dengan memanfaatkan limbah minyak jelantah, kalian semua siap ya?” tanya Bobi mengecek semua.
Praktikkum dimulai, aku duduk bersebelahan dengan Lia, saat Lia menuangkan soda api kedalam air, sengaja aku menyenggol lengannya hingga ia terkejut, cairan berbahaya itu menyiram tubuh dan wajah mulusnya, gadis itu mengerang kesakitan dengan cepat wajahnya melepuh, segera gadis itu dilariakan kerumah sakit. Tak ada yang tau peristiwa ini sudah kurencanakan sebelumnya, pihak kampus memberi pernyataan ini adalah kecelakaan. Aku terkekeh puas melihat gadis itu menderita.
“Ini baru awal, masih banyak hal buruk lainnya yang akan kau alami, wahai gadis buruk rupa!” ujarku sinis.
Posting Komentar
Posting Komentar